Waktu sudah menunjukkan jam dua siang, kurang lebih 40 menit lagi waktu take off. Aku bersandar di sofa ruang tunggu sambil menengok ponselku. Aku akan berangkat ke Istanbul untuk sebuah program magang. Bersamaku akan ada seorang anak dari Cirebon, sebuah kota yang bahkan aku tidak kuketahui keberadaannya sampai aku mengenal anak ini.
Di program magang ini ada sekitar dua puluh lulusan
universitas di Indonesia yang diberangkatkan ke Turki oleh pemerintah, kebanyakan
mereka akan mengajar Bahasa inggris, seingatku hanya dua orang yang akan magang
di bidang lain, IT dan Marketing, aku sendiri sesuai jurusanku, Marketing.
“udah di mana?” tanyaku lewat Whatsapp
“masih di jalan” Fanni menjawab.
Aku mulai khawatir karna sebentar lagi akan take off. Buatku
ini bukan pertama kalinya keluar negeri, apalagi naik pesawat. Aku selalu
datang ke bandara lebih awal. Karena jika masih di jalan saat- saat dekat mau
terbang akan membuatku cemas.
Lain dengan Fanni, Turki akan jadi negara pertama yang akan
ia kunjungi, dan aku harap bukan jadi yang terakhir.
Disampingku duduk seorang ibu yang mengenakan hijab hitam
yang menutup dada, sepertinya ia akan berangkat ke Arab Saudi karena memang
penerbanganku ini tidak langsung tapi transit dulu di Jeddah
“Mau kemana bu?” sapaku memulai pembicaraan.
“saya mau ke Arab, kebetulan memang tinggal disana, adek mau
kemana?”
“saya mau ke Istanbul, ada urusan, sebenarnya saya lagi
menunggu teman, tapi dia belum datang juga”
“Padahal sebentar lagi take off lho” jawab ibu itu sambil mengeluarkan
ponselnya.
“Iya bu” aku menutup obrolan.
Aku mulai semakin khawatir karena tinggal hitungan menit aku
harus akan masuk kedalam pesawat. Perasaanku campur aduk karna mungkin akan kecewa
berangkat sendirian, dan ada kekhawatiran juga kalo anak yang baru kukenal
lewat grup Whatsapp ini mungkin gagal berangkat.
Aku berdiri dari tempat duduk di ruang tunggu untuk mengurangi
rasa panik. Tiba-tiba dari arah kiri penglihatanku terlihat seseorang yang
menggunakan topi dan jaket tebal berjalan tergopoh-gopoh.
Kami memang belum sempat bertemu langsung tapi aku cukup mudah
mengenalinya, karena sudah pernah liat foto profilnya di whatsapp. Fanni akhinya
sampai di bandara.
Perasaan lega yang luar biasa dan rasa senang yang sulit
dijelaskan karna memang Fanni tidak jadi berangkat pun sebenarnya aku juga
tidak akan rugi. Kami pun bersiap-siap untuk boarding. Tentunya akan banyak hal
yang akan kami bicarakan di dalam pesawat.
No comments:
Post a Comment