Tulisan ini saya buat untuk sedikit menceritakan pengalaman
saya selama merantau ke tanah bekas kekaisaran ottoman yang sekarang bernama Turki.
Alasan kenapa saya terdampar ke wilayah yang dulu disebut
Konstantinopel ini adalah karena keinginan kuat saya untuk merantau keluar
negeri sejak 7 tahun yang lalu ketika saya masih berusia 16 tahun.
Dulu saya menganggap bahwa keinginan ini hanya semata-mata
karena saya ingin tinggal di luar negeri. Tapi seiring berjalannya waktu saya
mulai meyakini bahwa ini tak lepas dari dorongan DNA saya yang berdarah
Minangkabau.
Ada sebuah pepatah minang yang selalu terngiang-ngiang di
kepala saya
Karatau madang di hulu
Babuah, babungo balun
Marantau bujang dahulu
Di rumah baguno balun
Orang Minang memang suka merantau. Hampir mayoritas dari
teman seperkuliahan saya merantau ke berbagai daerah baik dalam maupun luar
negeri. Kebanyakan di Jakarta atau Kuala Lumpur.
Lalu kenapa saya terdampar begitu jauh di Turki?
Ini bermula ketika saya iseng untuk mengikuti program magang
luar negeri yang diadakan oleh Kemenpora. Saya terpilih menjadi salah satu
pemuda yang ditunjuk untuk menjajal bagaimana rasanya bekerja di luar negeri.
Adapun jenis pekerjaan yang saya lakukan adalah pemasaran.
Saya mencoba memasarkan produk Turki ke berbagai negara di Asia Tenggara dan
juga beberapa negara lainnya.
Lalu apa saja kegiatan yang saya lakukan selama kurang lebih
satu setengah tahun di Turki? Kapan dan apakah saya akan kembali ke Indonesia?
Saya akan ceritakan di Catatan Perantau Minang di Istanbul, Turki
(BAGIAN II)
Nantikan tulisan saya yang berikutnya…
Program apa namanya bang, yg diselenggarakan kemenpora magang ke turki?
ReplyDelete