Wednesday, January 17, 2018

Hal yang Saya Rasakan Setelah Empat Bulan di Istanbul














Dalam satu tahun ada dua belas bulan, setiap enam bulan dinamakan semester, tiap tiga bulan dinamakan quarter (triwulan). 

Lalu bagaimana jika empat bulan? Caturwulan!

Yak, sudah genap satu caturwulan saya berada di Istanbul. Sebuah kota yang hingga saat ini terlalu susah untuk saya deskripsikan dengan kata-kata.

Hal yang saya rasakan atau lebih tepatnya, hal yang saya pelajari selama empat bulan adalah…

1. Hingga kamu terbiasa

Bukan negara impian, jauh dari Indonesia dan yang terparah adalah tidak ada nasi padang! Ya itulah yang terburuk karena lidah saya terlalu ndeso untuk dapat menikmati doner dengan sepenuh hati. Belum lagi makanan-makanan yang lain yang bahkan sulit bagi saya untuk mengingat namanya.

Saya pernah membaca ini di internet
“Ayah, sampai kapan kita miskin?”
“40 hari lagi, nak”
“Lalu setelah itu kita kaya Yah?”
“Tidak, kita sudah terbiasa”

Terbiasa! Itulah kata-kata yang menggambarkan perasaan saya yang sesunggunya jika ditanya “Gimana rasanya tinggal di Turki? Enak nggak?” Awalnya terasa sulit bagi saya untuk menjawab karena tentunya ada enak dan tidaknya. Ada positif dan negatifnya, tapi kalau sekarang jawaban saya adalah… saya sudah terbiasa!

2. Kenapa Turki lebih Baik dari Indonesia?

Penggila data pasti akan bertanya, lebih baik dalam segi apa? Tolak ukurnya apa? Data-data pendukungnya mana?

Yah, untuk menjawab pertanyaan itu sebenarnya mudah saja solusinya, tinggal googling, tapi saya telalu malas untuk mencari data perbandingan itu karena saya lebih suka menghabiskan waktu untuk hal yang lebih bermanfaat seperti ngupil dengan cotton buds misalnya.

Hanya jika kamu datang ke Turki khususnya Istanbul kamu akan melihat sendiri dan menemukan jawabannya.

Jika saya dipaksa untuk menjawab maka menurut analisis sotoy saya adalah
  •         Mereka lebih pekerja keras
  •         Mereka lebih disiplin
  •        Mereka lebih agresif

Jika kita lihat sejarah, Turki merupakan salah satu bangsa yang dulu dikenal dengan kejayaannya. Jadi sedikit banyaknya hal itu diturunkan melalui darah dan genetik mereka.

3. Kuliah adalah Kenikmatan yang Hakiki

Mungkin ini sedikit subjektif, karena beberapa jurusan mungkin terasa sangat sulit. Jadi akan saya persempit ruang lingkupnya menjadi kuliah di fakultas ekonomi.
Hal yang dulu saya dapatkan selama kuliah kini direnggut.

Dulu saya bisa malas-malasan, kalo pas kuliah kadang dosen tidak masuk dan ada jarak antara satu mata kuliah dan mata kuliah lainnya. Belum lagi kalo malas masuk, ya sudah bolos saja. Tidak ada yang menekan. Kalo mau rajin silahkan mau malas tanggung sendiri akibatnya.

Dulu bisa bangun siang.. tidur siang.. nongkrong bersama teman sebaya.. ah saya jadi kangen..
Sekarang dari senin sampai jum’at saya masuk kantor jam 8 pagi, pulang jam 6 sore tapi singgah dulu di kantin buat dapat makan malam gratis yang disediakan perusahaan. Malam hari sudah malas melakukan sesuatu, rebahan di kasur nonton youtube atau nge stalk Instagram doi..

Pas weekend juga mager mau kemana-mana, ingin malas-malasan di kamar tapi Istanbul dan Turki terlalu luas untuk tidak dijelajahi. Walaupun sedikit bosan melihat yang itu-itu aja. Oh iya, buat sampai kantor saya juga jalan kaki sekitar 40 menit. Sebenarnya bisa saja naik bus, tapi lumayan hemat 2,60 Turkish Lira (Rp.10.000) untuk sekali jalan. Dan bagus juga untuk kesehatan. Belum lagi kalo naik bus saya tetap mesti jalan kaki sekitar 20 menit..



Sebenanrnya banyak lagi hal yang saya pelajari secara sadar atau tidak. Mungkin hanya itu yang akan saya bagikan. Sampai jumpa di tulisan berikutnya!

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...