Thursday, October 16, 2014

Persembahan Untuk Guruku

“Bagaimana masuk akal anda melarang saya mencontek padahal saya tidak mengerti apa yang anda ajarkan sama sekali”

Kalimat itulah yang sering muncul di benak kami ketika anda menegur kami mencontek. Mungkin beberapa juga merupakan kesalahan kami yang malas untuk belajar. Tapi, kekejaman sistem pendidikan di Indonesia yang terkadang membuat kami harus belajar apa yang tidak kami minati. Justru yang kami pelajari adalah pelajaran yang dimana kami sama sekali tidak memiliki minat atau bahkan kemampuan untuk mendalami bidang itu.

Inilah beberapa hal yang terkadang kami lupakan dari anda pembimbing kami GURU…

-Anda hampir hafal seluruh nama murid yang anda ajar dalam jumlah yang begitu banyak bahkan ratusan,  sedangkan bagi kami anda yang jumlahnya tidak begitu banyak kami sering lupa dengan nama anda, bahkan guru yang setiap minggu masuk ke lokal dan mengajar di kelas kami. Dan masih sering kami memanggil anda dengan sebutan, Pak Fisika, Buk Kimia, dan sebagainya. Mungkin di planet bumi ini hanya segelintir orang tau yang mau memberi nama anaknya dengan nama bidang ilmu tersebut.

-Kami sering keluar pada jam pelajaran anda dengan alasan makan, atau tidak suka dengan mata pelajarannya. Hal yang kami lupakan adalah “Kami butuh Anda, tapi Anda tidak pernah butuh kami. Bagi anda kehilangan beberapa murid tidak akan mengurangi gaji anda. Tapi perhatian anda yang mau dengan rendah hati menegur kami. Terima kasih Pak, Buk.

-Kami selalu terdiam di saat pejabat negara datang dan berbicara dihadapan kami. Tapi, kami sering ribut dan tidak mendengarkan apa yang anda katakan. Padahal harkat dan martabat anda lebih tinggi daripada pejabat-pejabat itu. Buktinya? Guru bisa jadi presiden, tapi presiden belum tentu bisa jadi guru. Bahkan untuk menjadi presiden pun seseorang minimal harus belajar dari guru selama 12 tahun atau bisa dibilang sampai SMA.

-Begitu banyak guru wanita di Indonesia ini, tapi masih ada laki-laki yang memilih profesi sebagai guru. Tapi meskipun guru laki-laki minoritas di Indonesia ini anda tetap gagah dengan seragam anda pak! anda adalah patriot bangsa yang melindungi NKRI dari gempuran kebodohan.

-Ketika anda bertanya apa cita-cita kami, selalu tergores di biodata kami ingin jadi dokter, pengusaha, psikolog termasuk saya penulis (Rizki Muhadi) memilih Pengusaha sebagai tujuan hidup.. Dan mungkin hanya segelintir dari kami yang mengatakan memiliki cita-cita mulia sebagai guru.

-Bagi anda menjadi seorang guru bukan sekedar profesi, tapi pengabdian… Senyuman yang anda pancarkan ketika anda tahu kami berhasil adalah senyuman kebahagiaan buah tetesan air mata selama ini mengajari kami.

-Anda masih tetap hidup bersahaja dan selalu bersyukur. Tidak seperti teman-teman seangkatan anda yaitu pejabat-pejabat yang kini duduk di kursi pemerintahan yang makan uang rakyat. Idiot-idiot itu lupa kalau uang haram yang mereka makan dengan keluarganya itu nanti akan dipertanggungjawabkan di akhirat.

-Anda masih bersedia mengajar meskipun di bangunan yang hampir runtuh dan tidak layak tanpa fasilitas apapun. Masih ada suka-cita dan senyuman terpancar dari wajah anda. Lihat anggota DPR, mereka masih menuntut gedung baru padahal gedung yang sekarang mereka tempati masih sangat bagus. Tapi mereka bilang gedung tersebut miring. Padahal menurut beberapa peneliti gedung tersebut tidak lebih miring dari menara PISA. Dan yang lebih menyakitkan statement dari si Monyet idiot yang kini menjabat sebagai ketua DPR “Kalau rakyat sengsara, apa kami harus sengsara?” kira-kira seperti itulah yang diucapkan oleh orang yang tugasnya mewakili aspirasi rakyat.

-Anda adalah pahlawan tanpa tanda jasa dan sepanjang masa.

-Meskipun mayoritas guru adalah baik. Tapi bukan berarti bersih dari kesalahan. Saat ini masih sering terdengar ada guru yang melakukan kekerasan terhadap muridnya. Masih adanya aroma persaingan dari guru-guru dan melunturkan citranya sebagai patriot bangsa.

 Inilah mungkin ilustrasi masa depan yang mungkin saja terjadi saat saya penulis (Rizki Muhadi) menjadi sukses dan dengan bangga mengunjungi sekolah tempat saya menuntut ilmu.

“Kulihat bangunan tua itu, aku masuk kedalamnya kulihat gerbang itu masih seperti dulu saat 20 tahun yang lalu aku menuntut ilmu. Aku bernostalgia saat masih bersama dengan teman-temanku, suka cita canda tawa selaku mengisi hari-hari kami. Aku masuk kedalam. Tiba-tiba kulihat sesosok makhluk. Tubuhnya sudah sedikit bungkuk. Tulangnya mungkin sudah rapuh. Kulitnya keriput dan tatapan matanya sudah sayu. Aku merasa tidak asing dengan sosok ini. Aku ingat orang ini. Dialah guru ku dulu. Aku memeluknya. Dan luar biasa ia masih ingat siapa aku. Aku terpaku melihat guru yang dulu sering memarahiku ini. Perawakannya sudah tidak setegap dulu lagi. tapi wibawanya masih seperti saat mengomeliku dulu. Ah, kalau bukan karena beliau aku tidak akan bisa seperti ini. Terima kasih… guru…

TERPUJILAH WAHAI ENGKAU IBU BAPAK GURU… NAMAMU AKAN SELALU HIDUUP… DALAM SANUBARIKU…

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...